Intervensi dalam Psikologi Klinis
Intervensi
berasal dari kata Intervene yang berarti ikut campur, jadi inetervensi dalam
psikologi bisa berarati usaha untuk mengubah kehidupan yang sedang berjalan
dengan cara tertentu. Perubahan itu bisa berati kebesar sampi kecil, negatif
atau positif.
Intervensi
adalah perilaku untuk mengubah pikiran, perasaan dan perilaku seseorang
(Markam, 2003).Istilah intervensi secara umum adalah upaya untuk merubah
perilaku, pikiran dan perasaan seseorang. Intervensi tidak hanya dilakukan oleh
psikolog dan dapat digunakan dalam berbagai bidang. Salah satu intervensi dalam
konteks hubungan professional antara psikolog dan pasien adalah
psikoterapi. Istilah
intervensi yang digunakan berkaitan dalam rangka menemukan berbagai alternatif
dan solusi peyembuhan gangguan klinis, yang lebih menekankan adanya proses yang
bersinambungan dan mengetahui sebab munculnya gangguan.
Sedangkan istilah terapi akan sangat banyak berkaitan dengan penggunaan penyembuhan melalui media dan penggunaan pengobatan dari profesi kedokteran. Intervensi dalam hal medis lebih mengedepankan aspek penanganan bersifat penyembuhan secara fisik dan sedikit psikis.
Intervensi dalam rangka psikologi dan khususnya psikologi klinis adalah membantu klien atau pasien menyelesaikan masalah psikologis, terutama sisi emosionalnya. Kendali dan Norton Ford berpendapat bahwa intervensi klinis meliputi penggunaan prinsip-prinsip psikologi untuk menolong orang mengalami masalah-masalah dan memiliki keinginan mengembangkan kehidupannya secara lebih memuaskan. Psikolog klinis menggunakan pengetahuannnya mengenai pemfungsian manusia dan sistem-sistem sosial dalam kombinasi dengan hasil asesmen klinis guna merumuskan cara untuk membantu pengubahan pribadi klien ke arah yang lebih baik.
Alasan penggunaan intervensi klinis didasarkan pada tiga dasar, yaitu ameliorasi, prevensi, dan pengembangan. Ameliorasi adalah menolong orang atau sistem sosial untuk menanggulangi masalah-masalah yang telah terjadi. Misalnya menangani orang yang sedang mengalami rasa cemas atau merasakan kegagalan dan kehidupannya. Prevensi meliputi usaha-usaha untukmeramalkan masalah-masalah sebelum berkembang,misalnya dalam bentuk merencanakan pembangunan suatu pusat rekreasi agar masyarakat sekitar tidak melakukan perbuatan kriminal. Pengembangan adalah usaha untuk membantu orang meningkatkan keterampilan pribadi, relasi,dan lingkungan hidupnya.
ntervensi klinis merupakan suatu kegiatan yang dilakukan klinisi untuk mengubah perilaku atau keadaan sosial dengan sengaja sesuai tujuan yang dikehendaki (Nietzel, 1998).
Sedangkan istilah terapi akan sangat banyak berkaitan dengan penggunaan penyembuhan melalui media dan penggunaan pengobatan dari profesi kedokteran. Intervensi dalam hal medis lebih mengedepankan aspek penanganan bersifat penyembuhan secara fisik dan sedikit psikis.
Intervensi dalam rangka psikologi dan khususnya psikologi klinis adalah membantu klien atau pasien menyelesaikan masalah psikologis, terutama sisi emosionalnya. Kendali dan Norton Ford berpendapat bahwa intervensi klinis meliputi penggunaan prinsip-prinsip psikologi untuk menolong orang mengalami masalah-masalah dan memiliki keinginan mengembangkan kehidupannya secara lebih memuaskan. Psikolog klinis menggunakan pengetahuannnya mengenai pemfungsian manusia dan sistem-sistem sosial dalam kombinasi dengan hasil asesmen klinis guna merumuskan cara untuk membantu pengubahan pribadi klien ke arah yang lebih baik.
Alasan penggunaan intervensi klinis didasarkan pada tiga dasar, yaitu ameliorasi, prevensi, dan pengembangan. Ameliorasi adalah menolong orang atau sistem sosial untuk menanggulangi masalah-masalah yang telah terjadi. Misalnya menangani orang yang sedang mengalami rasa cemas atau merasakan kegagalan dan kehidupannya. Prevensi meliputi usaha-usaha untukmeramalkan masalah-masalah sebelum berkembang,misalnya dalam bentuk merencanakan pembangunan suatu pusat rekreasi agar masyarakat sekitar tidak melakukan perbuatan kriminal. Pengembangan adalah usaha untuk membantu orang meningkatkan keterampilan pribadi, relasi,dan lingkungan hidupnya.
ntervensi klinis merupakan suatu kegiatan yang dilakukan klinisi untuk mengubah perilaku atau keadaan sosial dengan sengaja sesuai tujuan yang dikehendaki (Nietzel, 1998).
Bentuk intervensi
klinis: psikoterapi, rehabilitasi psikososial, & preventif.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
keputusan tentang intervensi adalah isu seperti sikap dan ekspektasi klienn dan
terapis, orientasi teoritis klien, dan kedalam kategori manakah klien
dimasukkan.
Sikap dan ekpektasi
tentang intervensi
Banyaknya mantan
pasien rumah sakit yang bersikao ambivalen terhadap follow up intervensi yang
disarankan. Berbagai subkelompok orang menerima pelayanan klinis mungkin
berbeda dalam hal frekuensi dan tingkat keparahannya. Banyak studi yang
menunjukkan bahwa bahwa orang-orang yang yang miskin, kurangnya pendidikan,
anggota kelompok minoritas yang kurang dapat diterima, dan mereka yang tinggal
dijantung kota yang padat penduduknya yang bobrok atau daerah pedesaan yang
terisolasi memiliki masalah-masalah perilaku yang melebihi proporsi.
Orientasi-orientasi
dasar Intervensi
Orientasi kuratif
(model medis) menyatakan, masalah psikologi atau perilaku berasal dari penyakit
atau patologi fisik, dan bahwa diagnosis yang benar akan mengarah yang akan
mengurangi perilaku itu meskipun kesembuhan total tidak akan bisa dicapai.
Orientasi belajar
menytakan bahwa perilaku dan pikiran diperoleh melalui conditioning atau perseptual-atensional
dan bahwa perilaku dapat diubah melalui dasar-dasar prinsip belajar.
Orientasi pertumbuhan
menyatakan bahwa, daya eksploratoris mengarah pada aktualisasi diri dan
kepuasan, dan kehilangan hambatan akan memperlancar proses intervensi.
Orintasi ekologis
menyatakan, semua pikiran dan perilaku merupakan fungsi dari perilaku dan
interaksi dengan lingkunan.
BENTUK INTERVENSI
KLINIS
1. PSIKOTERAPI
DEFINISI
Psikoterapi merupakan
suatu bentuk perlakuan (treatmen) terhadap permasalahan yang sifatnya
emosional, dimana seorang terapis secara sengaja membina hubungan profesional
dengan klien, dengan tujuan menghilangkan, mengubah, atau memperlambat simtom
dan menghilangkan pola perilaku terganggu, serta meningkatkan perkembangan
pribadi ke arah yang positif (Frank, dalam Nietzel, 1998).
Psikoterapi (Frank,
dalam Phares 1992) adalah interaksi terencana antara seseorang yang terlatih
(memiliki kewenangan sosial untuk melakukan terapi) dengan klien/ penderita,
dimana interaksinya berusaha meringankan penderitaan klien dengan komunikasi
simbolik (kata &/ aktivitas).
TUJUAN
treatment terhadap masalah emosional
1.
menghilangkan,
mengubah, memperlambat simtom
2.
memahami pola
perilaku yang terganggu
3.
meningkatkan
pertumbuhan & perkembangan pribadi yang positif.
KARAKTERISTIK DALAM PSIKOTERAPI
1. Minimal terdiri atas 2 partisipan, salah satunya
seorang yang terlatih & ahli mengatasi problem psikologis dan masalah lain
yang terkait.
2. Hubungan yang ada bersifat psikoteraupetik, terjadi
secara alamiah & bertujuan sesuai kaidah/ metode psikologi tertentu untuk
perubahan yang diharapkan klien.
3. Metode yang digunakan berdasar adanya teori terkait
dengan masalah-masalah psikologis & keluhan spesifik klien .
4. Berdasar pendekatan teoritik, terapis menggunakan
teknik-teknik tertentu.
(Nietzel, 1998).
TEKNIK DALAM PSIKOTERAPI
1. Membantu mengembangkan insight yaitu membantu klien
memahami masalah yang sebenarnya dialami & mencari penyebabnya. Misal:
Psikoanalisa – analisa mimpi.
2. Mengurangi ketidaknyamanan emosional yaitu membantu
klien menstabilkan emosinya, mengurangi distress, dan menguatkan emosi positif
klien.
Adapun alur dari tekhnik psikoterapi
sebagai berikut :
- mengenali & mengekspresikan emosi
-
mengendalikan emosi – mengarah pada perilaku yang bermanfaat
- rekonstruksi emosi yang dimiliki (tambah info, modifikasi
tujuan)
- memunculkan emosi-pikiran-perilaku yang serasi
- memodifikasi emosi yang menjadi sebab perilaku
maladaptif.
Menyediakan informasi
baru yaitu sisi edukatif dalam psikoterapi menambah wawasan, merubah cara
pandang.
Memberikan
tugas-tugas di luar sesi terapi transfer perubahan positif ke dalam dunia nya. Misal:
mempelajari keterampilan baru (di luar sesi terapi perilaku-kognittif).
Mengembangkan
keyakinan, harapan & ekspetansi terhadap perubahan keterampilan terapis
baik secara performa & rasional meyakinkan klien bahwa terapi akan efektif
mengatasi masalahnya
keterampilan terapis
meningkatkan harga diri klien, untuk mampu melakukan perubahan. Mendukung
katarsis mendukung klien mengekspresikan emosi yang sebenarnya & membiarkan
emosi yang terpendam diungkapkan dengan mudah/tanpa hambatan selama sesi
terapi.
LEVEL DALAM PSIKOTERAPI
1. Psikoterapi Suportif
Tujuan: memperkuat perilaku penyesuaian
diri yang sudah baik, memberi dukungan psikologis bagi klien.
2. Psikoterapi Re-edukatif
Tujuan: mengubah cara pikir &/
perasaan klien agar klien dapat berfungsi lebih efektif. mengkaji ulang
keyakinan, mendidik agar memiliki pemahaman baru.
3. Psikoterapi Rekonstruktif.
Tujuan: mengubah seluruh
kepribadian klien yaitu menggali ketidaksadaran, analisa defens yang patologis,
memberi pemahaman pada klien tentang proses tak sadar.
PENDEKATAN DALAM PSIKOTERAPI
A. PSYCHODYNAMIC THERAPIES
Adapun tujuan :
- Insight intelektual & emosional terhadap
penyebab dari masalah klien
- Eksplorasi yang mengarah pada insight
- Memperkuat ego dalam mengendalikan id & super
ego
Contoh
Terapi : Asosiasi bebas, Analisis mimpi.
penggunaan
analisis: perilaku sehari-hari, resistance, dan transference.
BEHAVIORAL &
COGNITIVE-BEHAVIORAL THERAPIES
Tujuan :
- Modifikasi perilaku maladaptif langsung baik dari
segi kognisi, emosi, dan fisiologis
- Masalah yang di treatment adalah masalah saat ini
Contoh Terapi Perilaku :
- Systematic Desensitization
- Exposure Technique – Flooding
- Social Skill Training – Assertive training, dll
- Modeling
- Aversion Therapy
- Contingency Management - konsekuensi
Contoh Terapi Kognitif-Perilaku :
- Beck’s Cognitive Therapy
- Rational Emotive Behavior Therapy
- Dialectical Behavior Therapy
-
Relapse Prevention
PHENOMENOLOGICAL/ EXPERIENTAL THERAPIES
Adapun tujuan :
- Klien belajar mengambil tanggung jawab &
memahami perasaannya dalam berperilaku
- Memahami diri secara positif
- Jujur & terbuka mengenai diri
Contohnya :
- Client-centered Therapy
- Gestalt Therapy – role playing, empty chair, dll
- Logotherapy
MACAM PSIKOTERAPI BERDASAR SUBJEK
Teknik dalam
melakukan psikoterapi, seringkali dapat dibedakan berdasar jumlah subjek dan
kedudukan peran subjek, meskipun dalam tiap sesi-nya dapat saja masing-masing
subjek mendapat penugasan atau sesi terpisah.
a. Individual, tujuan dalam terapi ini
murni untuk kepentingan satu orang klien.
b. Pasangan/ Couple sering dikenali
sebagai Marital Therapy, yang bertujuan memahami dan memperbaiki
interaksi dalam suatu hubungan yang lebih intim.
c. Kelompok Bukan sekedar terapi yang
diberikan pada sekelompok individu. Diperkenalkan oleh Joseph Pratt (Boston)
sejak awal tahun 90’an. Memiliki tujuan memperbaiki kemampuan seseorang dalam
bidang tertentu, melalui interaksi dalam satu kelompok yang memiliki kesamaan
problem.
Standar dalam terapi kelompok:
- Berbagi informasi
- Mengembangkan harapan positif
- Kebersamaan
- Saling membantu (altruism) à makna hidup
- Pembelajaran interpersonal
- Kekeluargaan
- Kohesif à meningkatkan kepercayaan diri klien
d. Keluarga bertujuan mengubah pola
interaksi antar anggota keluarga untuk memperbaiki masalah dalam keluarga
tersebut.
Tingkat (Levels) dan tujuan Psikoterapi
Psikoterapi menurut Phares (1992) dapat dibedakan dalam beberapa aspek, yakni menurut taraf kedalamannya dan menurut tujuannya.Menurut kedalamannya dibedakan psikoterapi suportif, psikoterapi reedukatif, dan psikoterapi rekonstruktif.
Psikoterapi suportif
tujuannya adalah memperkuat perilaku penyesuaian diri klien yang sudah baik,
memberi dukungan psikologis, dan menghindari diri dari usaha untuk menggali apa
yang ada dalam alam-bawah sadar klien. Psikologi reedukatif bertujuan untuk
mengubah pikiran atau perasaan klien agar ia dapat berfungsi lebih efektif.
Disini terapis tidak hanya memberi dukungan melainkan mengajak klien atau
pasien untuk mengkaji ulang keyakinan klien, mendidik kembali agar ia dapat
menyesuaikan diri lebih baik setelah mempunyai pemahaman yang baru atas
persoalannya. Terapis disini tidak hanya membatasi diri membahas kesadaran
saja, namum juga tidak terlalu menggali ketidaksadaran.
Menurut tujuannya, Hokanson (1983, dalam Phares 1992) membahas psikoterapi yang bertujuan untuk mengatasi krisis, untuk perubahan perilaku, untuk mengubah pengalaman emosional, dan memperoleh pemahaman (insight).
Penekanan terapi kelompok adalah memahami gangguan dalam relasi interpersonal dan mengurangi gangguan itu dalam setting kelompik. Anggota terapi berkisar dari 5 sampai 10 anggota. Keunggulan terapi kelompok dibandingkan dengan terapi individual adalah bahwa anggota kelompok dianggap mewakili suatu lingkungan interpersonal dengan lebih baik daripada hanya satu orang terapis, sehingga dapat lebih menjamin peraian hubungan interpersonal.
Menurut tujuannya, Hokanson (1983, dalam Phares 1992) membahas psikoterapi yang bertujuan untuk mengatasi krisis, untuk perubahan perilaku, untuk mengubah pengalaman emosional, dan memperoleh pemahaman (insight).
Penekanan terapi kelompok adalah memahami gangguan dalam relasi interpersonal dan mengurangi gangguan itu dalam setting kelompik. Anggota terapi berkisar dari 5 sampai 10 anggota. Keunggulan terapi kelompok dibandingkan dengan terapi individual adalah bahwa anggota kelompok dianggap mewakili suatu lingkungan interpersonal dengan lebih baik daripada hanya satu orang terapis, sehingga dapat lebih menjamin peraian hubungan interpersonal.
2. REHABILITASI PSIKOSOSIAL
Alternatif intervensi
yang berusaha memberikan informasi bagi keluarga/ pasien mengenai masalah/
gangguan yang dialami; membantu pasien memahami, mengurangi/ mencegah munculnya
masalah terkait dengan situasi sosial;atau membantu pasien menormalkan/
mengoptimalkan kembali kualitas hidup mereka terutam di lingkungan sosial.
3. INTERVENSI PREVENTIF
Caplan (1964), membagi level (3) pencegahan pada masalah kesehatan
mental:
Pencegahan Tersier adalah usaha mencegah konsekuensi
jangka panjang ataupun jangka pendek dari keparahan gangguan yang dialami
penderita.
Pencegahan Sekunder adalah usaha pencegahan pada
kelompok individu beresiko (high risk population). Level ini akan
efektif apabila: menangani faktor pengetahuan pada kelompok resiko tertinggi
pada gangguan secara spesifik; penanganan pada kelompok beresiko yang paling
mudah dijangkau.
Tujuan: memberikan pengetahuan kepada
kelompok beresiko, screening awal, imunisasi/ vaksinasi. Misal: pembinaan reproduksi
sehat pada calon TKW, imunisasi polio pada balita.
Pencegahan Primer adalah usaha yang dilakukan untuk mengurangi/ membatasi
laju timbulnya gangguan dengan melakukan modifikasi lingkungan atau memperkuat
individu agar terhindar menjadi resiko tinggi. Subjeknya komunitas umum.
Tujuan: Melawan faktor resiko (counteracting
risk factor) Memperkuat faktor pengaman (reinforcing protective factor)
Misal: Konseling pra-nikah, penyuluhan anti-flu burung.
(Coie, dkk, 1993).
Lima metode dalam level pencegahan
primer :
1. Meningkatkan kelekatan yang aman & mengurangi
kekerasan dalam rumah tangga.
2. Mengajarkan keterampilan kognitif & sosial.
3. Merubah lingkungan menjadi lebih mendukung
berkembangnya perilaku adaptif.
4. Meningkatkan keterampilan dalam mengelola stres
- Mengurangi stressor lingkungan
- Membantu individu mengatasi stres lebih efektif
5. Mempromosikan pemberdayaan kelompok masyarakat,
dengan membantu masyarakat mengendalikan & mengurangi resiko berkembangnya
gangguan mental (perubahan sosial) mengatasi kemiskinan, mengatasi bayi lahir
dengan cacat fisik, memberikan kesempatan yang sama bagi etnis minoritas.
ALUR UMUM DALAM INTERVENSI KLINIS
1. Pertemuan awal
à Identifikasi klien, simtom, dan keluhan
2. Assessment
à Menggali data/ info sesuai tujuan kedatangan klien
à Metode: observasi, interviu, tes, dokumentasi
3. Tujuan Intervensi
à dilakukan setelah integrasi data assessment
à ditentukan bersama klien/ pihak terkait.
4. Implementasi Terapi
àMirip dengan kontrak kerja/ sosialisasi
program (waktu, sasaran, tujuan program).
5. Pelaksanaan
à penggunaan teknik-teknik intervensi tertentu.
à perlu memperhatikan skill klinisi dalam melakukan
intervensi
6. Evaluasi
à terhadap pencapaian, program, & rencana tindak
lanjut.
à biasanya berbentuk research based on cases.
Permisi kak, sebelumnya makasih atas ilmu yang dibagi. Tapi maaf, boleh saya minta/tau referensi yang digunakan dalam penulisannya ga ya? Terutama yang bagian tahapan/alur umum intervensi. Terima kasih 🙏
BalasHapus